Kedua mata Daniel tak lepas dari Nafisah. Ia mengunci tatapan wanita itu dengan kilatan seriusnya. Dan Nafisah ingin memukul kepalanya saat ini juga atau mungkin meruqiyah dirinya agar tidak jatuh dalam pesona Daniel. Nafisah berusaha mengingatkan dirinya, pria itu adalah daftar dari sekian banyak bukan mahram yang harus ia blacklist dalam hidupnya!
Siapa dia? Datang memasuki rumah Pak De dan Budenya seolah-olah dia adalah orang yang paling penting dan punya hak atas dirinya saat ini!
"Apa yang kamu lakukan disini?!" Hanif langsung berdiri dan mendekati Daniel. Kepalanya rasanya ingin meledak saat ini juga. Emosi dan kecemburuan menjadi satu.
"Berisik sekali.." Daniel mengantongi kaca mata hitamnya. "Tentu saja sedang menyelamatkan jiwa dan perasaannya dari laki-laki sepertimu. Tidak kah kamu kasihan melihat wajahnya itu? Merasa terbebani dan tidak enak hati. Itu bisa membuat nya penuaan dini dan stress. Kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan segan-segan mendaftarkan diri jadi anak angkat orang tuamu. Apakah kamu bersedia kalau kita bersaudara? Aku yakin mereka akan menyukaiku yang lebih kaya ketimbang anaknya sendiri yang tidak kaya.." Daniel menatap Hanif dengan tatapan mengejek.
Sedangkan orang tua Hanif hanya menggeleng kepalanya dan pasrah.
"Aku tidak sudi! Kamu-"
"Ada banyak wanita di dunia ini. Salah satunya wanita yang ada di sebelah Nafisah. Yang aku tahu, dia single."
"Jangan berani mengatur hidupku! Siapa dirimu? Bahkan orang tuaku saja tidak pernah melakukan hal ini padaku."
"Oh c'mon bro... " Daniel tertawa geli. Situasi sedang menegang tetapi reaksi pria itu terlihat santai tanpa menunjukkan ketakutan apapun. "Justru aku menyelamatkanmu dari hari patah hati. Sudah jelas Nafisah menolakmu, kenapa kamu memaksanya? Jangan cari penyakit karena sangat sulit menyembuhkannya. Patah hati itu tidak enak."
Daniel tersenyum miring. Dengan langkah santai ia langsung menarik pergelangan tangan Nafisah. Tak perduli kalau wanita itu menolak keras.
"Lepaskan aku wahai syaiton!" Dengan kesal Nafisah menginjak kaki Daniel. "Dasar pria tak berperasaan. Ada banyak wanita di muka bumi ini. Dan aku tidak akan menjadi salah satu korbanmu!"
Daniel tersenyum miring. Tidak merasa sakit sama sekali. Injakan kaki Nafisah bagaikan semut kecil yang sedang menggigit kulitnya.
"Tidak ada hantu setampan diriku. Sayangnya aku tidak tertarik dengan wanita manapun selain dirimu yang keras kepala ini."
"Apakah otakmu sudah hilang dari kepalamu? Kamu benar-benar tidak waras karena menyukai wanita keras kepala."
"Itu lah arti bahwa cinta itu buta, babygirl."
"Dan benar, kamu akan menjadi korbanku. Korban perasaan, jatuh cinta, dan terpesona olehku. Aku pastikan itu terjadi padamu mulai detik ini.."
Daniel tersenyum pada orang tua Hanif yang sejak tadi tidak berbuat apapun, meskipun sesungguhnya mereka sebenarnya sudah mengetahui sebulan yang lalu mengenai permasalahan ini.
"Kami pamit pergi, Pak De, Bude. Assalamu'alaikum.."
Daniel membalikkan badannya. Ia menuju ruang tamu. Tak perduli kalau Nafisah memberontak. Lalu ia menghentikan langkahnya, Pak Gani, Papa Nafisah beserta putranya baru saja masuk sambil membawa koper.
"Papa?" Nafisah merasa terselamatkan oleh situasi. Papanya datang disaat yang tepat. Tanpa memperdulikan Daniel, Nafisah langsung menyikut perut sispack Daniel menggunakan sikunya.
Daniel meringis, masih sadar untuk menurunkan Nafisah walaupun merasa kesakitan. Wanita ini benar-benar keterlaluan.
"Papa! Tolong aku, lindungi aku dari predator ini."
Nafisah memeluk Papanya. Pak Gani tersenyum, merindukan putrinya. Tapi ia menatap Nafisah dengan heran. Kenapa ia menyebut Daniel predator?
"Semingguan ini aku menghubungi Papa dan Adik. Kenapa tidak meresponku?"
"Kak, aku baru pulang dari pondok. Tentu saja aku tidak memegang ponsel." sahut Akmal, adik kandung Nafisah satu-satunya.
"Pa.." Nafisah melepaskan pelukannya pada Papanya. "Kalau Papa pulang, aku ingin ikut."
Pak Gani mengerutkan dahi bingung."Kenapa begitu? Bukankah-"
Nafisah menggeleng pelan. Tanda ia tidak setuju. "Sejujurnya bulan lalu aku ingin pulang. Aku sudah membeli tiket pesawat, tapi aku ketinggalan pesawat. Lalu tiba-tiba pesawat itu kecelakaan. Allah Maha Baik dan masih memberiku kesempatan untuk hidup. Jika aku tidak ketinggalan pesawat, mungkin aku tidak disini-"
"Dan bersama suami Kakak, kan?" sela Akmal blak-blakan.
Waktu seolah-olah terhenti. Semua ucapan yang ingin Nafisah lontarkan seolah-olah hilang dengan cepat bagaikan debu yang terbang teriup angin.
Tubuhnya terasa kaku. Nafisah seperti dejavu, pernah bermimpi kejadian seperti ini dengan Adikknya yang mengatakan kalau Daniel adalah suaminya.
"Nafisah!"
Zulfa keluar dari dapur dengan panik. Tak perduli dengan situasi yang ada. Ia langsung menyerahkan ponselnya pada Nafisah.
"Astaghfirullah, Naf, serius..!!! Ini kamu beneran sudah nikah? Nomor tak di kenal baru saja mengirim 2 video. Hanif juga menerima pesan ini. Bahkan-"
Ucapan Zulfa seperti dengungan yang terdengar tidak jelas di telinga Nafisah. Sementara itu, Daniel tersenyum puas. Sejak awal ia sudah mengatur semua ini. Dengan menyuruh anak buahnya mengirimkan video itu pada Hanif dan Zulfa. Ia juga mengirimkan video itu ke ponsel Nafisah, tapi sayang, wanita itu sudah membuang ponselnya.
Dengan cermat Nafisah melihat video pertama berdurasi 5 menit. Terlihat dengan jelas di situ ada Daniel yang begitu serius mengucapkan dua kalimat syahadat didepan seorang Ustadz.
Nafisah terkejut. Ia sangat mengenali ustadz ini. Seorang tokoh agama yang ada di kampung halamannya, video berdurasi 5 menit itu terjadi pada tanggal 1 Juli. Tepatnya bulan lalu. Tangan Nagisah mulai gemetar. Keringat dingin mulai terasa di tubuhnya. Ketakutan semakin besar.
Kemudian ada video ke dua.Dengan durasi 6 menit 48 detik. Terjadi besoknya, tanggal 2 Juli. Berisi video Daniel yang memakai peci hitam dan kemeja putih. Ia berjabat tangan dengan Pak Gani. Di kanan Pak Gani ada seorang penghulu dan di sebelah kiri ada dua orang saksi beserta beberapa pria paruh baya lainnya yang kini berlatar di sebuah rumah.
Nafisah sangat mengenali Penghulu ini. Semua kejadian masalalu kembali terulang. Penghulu itulah yang dulunya pernah menikahkan dirinya dengan almarhum suaminya terdahulu.
"Saya terima nikahnya, dan kawinnya Nafisah binti Muhammad Gani dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat, uang senilai 1 juta dollar beserta rumah mewah dan mobil tersebut, Tunai."
Nafisah langsung menjatuhkan ponsel Zulfa begitu mendengar dengan jelas Daniel mengucapkan semua itu di videonya. Nafisah lupa kalau ponsel Zulfa bisa saja rusak atau lecet saking syoknya. Hatinya kembali terluka. Ia ingin bahagia tanpa harus terluka lagi oleh pasangan hidup. Tapi kenapa takdir menolak kemauannya?
"Aku kecewa sama Papa!"
"Kak, dengarin dulu penjelasan Papa. KAKAK!"
Nafisah memilih menjauhkan diri dari mereka. Trauma dan rasa putus asa nya membuat nya kehilangan akal sehat. Begitu tega Papa nya menikahkan dirinya tanpa izinnya terlebih dahulu.
"Aku akan bunuh diri!"
Karena emosi, Nafisah memasuki kamarnya. Menguncinya rapat. Bahkan ia sudah lupa kalau dia adalah hamba Allah yang seharusnya wajib menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Dengan cepat Nafisah membuka lacinya. Mengabaikan gedoran pintu di kamarnya. Semua cemas dan panik bahkan rasanya sudah seperti orang jantungan. Daniel langsung menghubungi anak buahnya.
Nafisah menemukannya, sebuah pisau cutter yang tajam. Nafisah menangis. Tidak menyangka kalau seorang Ayah yang mestinya mengerti keadaannya, mengetahui dengan jelas bagaimana di masa lalu ketika kehormatannya di renggut paksa oleh pria hidung belang, di caci maki warga setempat dengan sebutan pelakor, bahkan naas nya lagi ketika sudah menikah, dia di poligami dalam keadaan koma memperjuangkan nyawa antara hidup dan mati karena kanker stadium akhir, sementara almarhum suaminya malah menikah lagi dengan wanita lain.
Tapi apa yang Nasifah dapat? Justru Papa nya malah kembali membuatnya hidup bersama seorang pria yang di pasangkan bersamanya tanpa seizin nya terlebih dahulu.
"Kemana hati nurani Papa?"
Pintu di gedor nyaring "Nafisah! Buka pintunya!"
Detik berikutnya Nafisah langsung menyayat pergelangan tangannya. Darah segar mengalir dan bertetesan ke lantai.
****
Penjelasan mengenai
Bolehkah Orang tua menikahkan Anaknya tanpa persetujuannya? Buya Yahya menjawab :
https://www.youtube.com/watch?v=53eboCwxOqw&t=51s
😠oh tidak Nafisah..
Hai, aku kembali update. Dengan chapter yang udah bikin kita lemes.
😣😞
____________________
Masya Allah Alhamdullilah, kelanjutan Nafisah dan permasalahan yang dia hadapi bersama Daniel bisa kalian baca kelanjutannya di versi EBOOK PDF ya.
HARGA RP.35.000
Info lebih lanjut kalian bisa transaksi pembelian EBOOK PDF sama Admin :
0831-7784-7708 ( Bukan nomor Penulis )
KELEBIHAN EBOOK!
- Cerita lebih seru! MENEGANGKAN. Akan ada teka-teki misteri masalalu Daniel yang melawan kejahatan hukum sehingga membuat Nafisan terpaksa menerima kesepakatan dari Hanif untuk menjebak Daniel
- Ebook PDF berisi sekitar 700 halaman lebih
- Cerita lebih rapi ketimbang di Wattpad
CLUE : Apakah Nafisah mampu menerima kesepakatan Hanif sementara orang yang dia selidiki adalah suaminya sendiri? Apakah Nafisah bisa kembali membuka hati pada Daniel setelah trauma pernah di poligami di masalalu?
JANGAN LUPA BELI EBOOK PDF NYA YA! ORIGINAL by LiaRezaVahlefi
Terima Kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar