Jumat, 17 Januari 2020

Chapter 66 : Mencintaimu Dalam Diam





4 bulan kemudian.

 

Aiza berjalan ditaman untuk menghirup udara segar sembari menunggu Arvino yang sedang ketoilet umum. Hubungannya dengan Arvino tetap tidak ada perubahan. Arvino memang baik. Tapi sikapnya yang dingin membuat Aiza berusaha menahan sabar. Semilir aingin begitu sepoi-sepoi. Hari minggu adalah hari libur yang sering digunakan untuk waktu bersantai dan jogging dikawasan Taman Samarendah. 

 

Seorang pria datang menghampiri Aiza. Dia adalah Afnan. Paman Aiza yang selama ini begitu dekat dengannya sejak dulu setelah sekian lama tidak bertemu. Afnan tersenyum tipis melihat Aiza yang kini trlihat sangat cantik. Tanpa banyak bicara lagi, Afnan mendekatinya.

 

"Hai Aiza, Asalamualaikum."

 

Aiza menoleh kesamping."Wa'alaikumussalam, Paman Afnan?"

 

Afnan tersenyum kemudian mengusap kepala Aiza. "Kamu apa kabar?"

 

"Alhamdullilah baik. Paman sendiri kesini?"

 

Afnan mengangguk. "Em ya begitulah. Ah ini.." Afnan mengulurkan tas plastik yang berisi makanan. "30 menit yang lalu tanpa sengaja aku melihatmu disini. Lalu aku berniat singgah ke restoran untuk delivery ini."

 

Aiza menatap binar yang ternyata isinya ayam goreng mentega kesukaanya. "Wah Alhamdullilah. Makasih Paman Afnan."

 

"Sama-sama. Dimakan ya begitu sampai dirumah. Siapa tahu calon cucu yang aku sayangi ini lagi pengen ayam mentega."

 

Aiza terkekeh geli. Begitupun Afnan. Pipi Aiza bersemu merah. Tapi dari jarak kejauhan, tanpa keduanya sadari Arvino menatapnya geram. Arvino bisa saja mendatangi pria itu dan memukul wajahnya. Tapi ia sadar, saat ini ia berada ditempat umum. 

 

Tanpa bisa dicegah, Hati Arvino sesak, ia cemburu. 

 


πŸ–€πŸ–€πŸ–€πŸ–€

 

Arvino terdiam diruangan kamarnya. Perasaan emosi yang bergejolak membuatnya berpikir untuk segera tidur. Lagi-lagi hanya karena memejamkan kedua matanya saja bayangan wajah Aiza dan pria itu membayangi pikiranya, Perselisihan baru saja terjadi semenjak kepulangan mereka dari Taman Samarendah.

 

Akhirnya Arvino tak bisa menahan emosinya lagi. Dan ia benci pada dirinya sendiri mengapa ia begitu lemah hanya melihat air mata yang meluruh dipipi Aiza. Arvino mengalah. Ia memilih tidur dengan cepat. Berharap bahwa semua situasi rumit ini akan hilang dengan sendirinya saat terbangun meskipun itu semua adalah hal yang mustahil.

 

Tiba- tiba ranjang melesak tepat berada disampingnya. Arvino menoleh dan mendapati Aiza berada di belakangnya bahkan langsung memeluknya. Aiza begitu cantik hari ini. Sepertinya karena kehamilannya itu Arvino tidak bisa menyangkal bahwa tubuh Aiza terlihat lebih berisi kedua pipinya yang mulai chubby. Fakta bahwa Aiza sedang hamil tiba-tiba rasa kekesalannya kembali hadir.

 

"Jangan mendekatiku Aiza!"

 

"Aku mau tidur sama Mas. Bukankah kita memang seranjang?"

 

"Itu dulu. Sekarang tidak?" Kesal Arvino. "Sana menjauhlah."

 

"Aku ingin melepas rindu dengan Mas."

 

"Aku muak denganmu Aiza!" 

 

Aiza tidak menggubris. Ia malah menempelkan pipinya pada punggung lebar suaminya. Arvino hendak melepaskan belitan tangan Aiza di seputaran perutnya tapi sepertinya Aiza enggan melepaskannya.

 

"Biarkan tetap seperti ini."

 

Arvino geram. "Rasa ngantukku hilang. Itu semua gara-gara kamu."

 

"Bukankah Mas pernah bilang semenjak kita menikah Mas tidak bisa tidur tanpa adanya aku?"

 

Dan Arvino terdiam. Ia pernah mengatakan hal itu beberapa hari setelah menikah. "Tapi itu dulu. Sebelum aku merasa kecewa denganmu!" Dan Arvino tidak ingin mengakuinya bahkan berpura-pura lupa.

 

"Tapi Mas-" 

 

Arvino berbalik. Ia menatap Aiza tajam bahkan sedikit memberi jarak padanya. "Aku tidak ingat sama sekali. Jadi lupakan saja."

 

Aiza membelalakkan kedua matanya. "Tapi mas-"

 

"Aku cemburu. puas?"

 

Kedua mata Aiza berkaca-kaca. "Mas, dengarkan aku dulu. Aku-"

 

"Sudah lama aku memendam amarah ini Aiza! Kamu pikir aku bodoh dan tidak lihat saat 4 bulan yang lalu kamu bersama pria itu?

 

Arvino merasa geram. "Kenapa kamu tidak jujur padaku Aiza kenapa?!"

 

"Mas-"

 

"Apakah kamu sadar saat itu kamu pulang kerumah hingga pukul 21.00 Malam? Istri macam apa kamu Aiza!"

 

"Mas-"

 

Arvino membalikkan tubuhnya dan merubah posisi untuk duduk. "Bagaimana kalau sampai terjadi fitnah diantara kalian? bagaimana kalau sampai ada salah satu keluarga kita yang melihatmu pulang dimalam hari dengan seorang pria?"

 

Aiza panik dan ketakutan. Ia pun memilih bangun dan duduk dihadapan Arvino. "Mas tolong dengarkan aku-"

 

"Jawab saja Aiza. Jawab!"

 

"Maafin aku mas. Aku tahu aku salah. Dan aku--"

 

Arvino memilih menjauhi Aiza dan pergi begitu saja. meninggalkan Aiza yang menangis dalam diamnya. 

 

πŸ–€πŸ–€πŸ–€πŸ–€

 

Mereka itu ya, benar-benar bikin kita emosi naik turun. πŸ˜‚

 

Waktu itu kesel. Arvino macam batu, lah sekarang?? Hati kita sudah kayak di aduk-aduk. 

 

Tapi perasaan Aiza itu begitu kuat loh. Bagi dia mulut bisa berbohong tapi tatapan mata itu gak bisa bohong dan Aiza jadi meyakini diirinya sendiri bahwa Arvino masih mencintainya.. 

 

Masya Allah Aiza 😭😭 kuat banget hatinya.. 

 

Gimana perasaan kalian baca chapter ini? 

 

Dan makasih sudah baca. Maaf ya kalau agak malam updatenya.. cuma gak mau ganggu misal diantaranya kalian ada yang lagi tadarusan habis taraweh 😊

 

Sehat terus buat kalianπŸ€—

 

Yg Sudah ikutin chapter ini sejak bab 1, yg mau kenalan sama author kalian bisa bersapa di Instagram lia_rezaa_vahlefii ya.. 

 

Author tunggu sapaan dari kalian semua πŸ–€πŸ–€

 

With love
LiaRezaVahlefi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar