Langkah kakinya berjalan
menyusuri jalan setapak yang berbatu. Desisan kicauan burung serta siulan angin
yang berhembus sejuk selalu menjadi kenikmatan tersendiri ketika bertubuh
tinggi tepat ini melewati jalan yang terasa sempit. Pohon-pohon rindang yang
tumbuh di sekitar sini seolah menjadi penghalau bagi terik matahari yang hendak
memanaskan tempat sunyi ini.
Ah, rasanya begitu sejuk
dan juga menyegarkan. Ditambah dengan bentangan panorama alam yang mengelilingi
tempat ini. Terdapat bukit nan asri, serta tak jauh dari sini terlihat pintu
masuk hutan lindung yang begitu terjaga kelestariannya. Siapa saja pasti akan
betah jika berlama-lama berada di tempat ini. Sayangnya, tempat ini begitu
sepi.
Hanya terlihat satu atau
dua orang yang hilir mudik berada di sekitar sini sembari menenteng sapu ijuk
serta peralatan kebersihan lainnya, dan seorang lelaki muda yang masih
melangkahkan kedua kaki panjangnya menuju ke tempat tujuannya sembari membawa
sebuket bunga Lily di tangan kanannya.
Langkah kaki pria ini
terhenti tepat di depan sebuah gundukan tanah yang terlihat begitu bersih dan
juga rapi. Ia berjongkok di samping pusara seorang wanita dengan sebuah nama
Clara Anjani yang tertulis di atas batu nisan itu.
Senyum lelaki ini
terlihat begitu sendu, diikuti dengan pelupuk matanya yang terasa penuh saat
memandang makam yang ada di hadapannya. Perlahan, pria pemilik mata coklat ini
meletakkan buket bunga Lily yang ia bawa tepat di bawah batu nisan hitam di
iringi tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya.
"Hai Ra, gimana
kabar mu? aku datang bawa bunga Lily kesukaan kamu."
Suara lelaki ini
terdengar bergetar hebat sembari salah satu tangannya mengelus batu nisan ini
layaknya ia tengah mengusap kepala dari wanita yang telah beristirahat dengan
damai di bawah pusara ini. Selalu seperti ini saat lelaki yang kerap di sapa Jeff
berkunjung ke makam wanita yang paling ia cintai.
Ia tak kuasa menahan air
mata saat netranya membaca nama dari wanita yang seharusnya berada di sisinya
saat ini. Meskipun dua tahun telah berlalu, namun perasaan sedih selalu
menggerogoti hati Jeff hingga membuatnya merasa rapuh.
Dia tak sanggup berada di dunia yang tak di lagi di tempati oleh belahan
jiwanya. Dadanya terasa sesak karena separuh nyawanya telah hilang dibawa oleh
sosok Clara.
Ia menangis kuat hingga suasana tenang nan sunyi di tempat ini terganggu akibat
isak tangis sang pria yang tak mampu membendung rasa rindu dan pilunya. Ia
sudah berada di titik terlemahnya. Ia tidak memiliki kekuatan lagi untuk
menyambung hidupnya, ia telah kalah.
"Ra, apa aku boleh nyerah? Aku sudah tidak kuat berada disini.
Kalau aku memilih untuk menyusul mu, apa kamu akan senang atau marah sama aku?"
(by. Ami)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar