Valeria tersenyum penuh kemenangan. Rasanya puas sekali menipu Marcello sambil berteriak nama George. Padahal sebenarnya Valeria tahu kalau tanpa sengaja ia melihat sosok Zulfa dimana istri Marcello itu bersembunyi. Sekarang Marcello terlihat panik sambil memeluk Zulfa yang bersimbah darah dan setengah sadar.
"Zulfa! Astaga! Apa yang kau lakukan?"
Zulfa meringis kesakitan sambil memegang perutnya yang mulai mengucurkan banyak darah. Wajahnya sudah pucat dengan peluh keringat di dahinya bermunculan. Dengan tatapan kecewa dan sakit hati, ia berusaha menatap tajam ke arah Marcello meskipun sosok pria itu mulai redup di pandangannya.
"Dasar pria breng-" belum sempat mengatakan lebih lanjut, Zulfa langsung hilang kesadaran. Marcello berteriak panik sambil menggendong Zulfa.
Valeria tertawa puas. "Apakah ini akan menjadi akhir kisah cinta kalian yang menyedihkan? Ck!"
Marcello tidak perduli, yang ia pikirkan sekarang adalah keselamatan istrinya.Bisa-bisanya dia tertipu oleh pancingan seorang Valeria yang kejam. Dengan cepat ia langsung pergi. Tapi tanpa Marcello sadari, Valeria mengeluarkan senjata api dan mengarahkannya tepat ke punggung Marcello.
"Kalau aku tidak bisa memilikimu, setidaknya kau juga tidak boleh di miliki wanita rendahan itu. Seperti yang aku bilang, kisah kalian akan tragis di tanganku!"
DOR!
*****
Adelard mengemudikan mobilnya dengan cepat setelah dia tahu dimana keberadaan Rafa. Di sebelahnya ada Nafisah yang memaksakan diri ingin ikut ke lokasi. Awalnya Adelard melarangnya, tetapi bukan Nafisah namanya kalau tidak bersikap keras kepala.
Nafisah mencoba menghubungi Zulfa tetapi nomornya tidak aktip. Tak hanya itu, Adelard juga mencoba menghubungi Marcello yang sama seperti Zulfa karenapria itu tidak meresponnya.
"Bagaimana dengan Zulfa? apakah dia meresponmu?" tanya Adelard pada Nafisah
"Nomornya tidak aktip." Nafisah terlihat khawatir dengan tatapannya yang penuh harapan pada Adelard. "Mas yakin kalau orang yang akan kita datangi sekarang adalah orang yang menyelamatkan Rafa? Bagaimana kalau ini jebakan?"
"Tentu saja tidak mungkin."
"Tapi Mas, bagaimana-"
"Jangan berpikir negatif Nafisah. Kamu akan tahu setelah kita sampai."
Nafisah tak lagi mendebat ucapan suaminya. Dia hanya diam dan menurut. Sesampainya disana, Nafisah dan Adelard sama-sama tegang dan deg-degan. Apakah Rafa benar-benar sudah di temukan? Tak mau membuang waktu, keduanya memasuki sebuah lobby hotel dan menuju lift. Nafisah mencoba menetralkan degup jantungnya, sebisa mungkin berpikir waras dan tidak panik.
Adelard yang menyadari hal itu langsung menggenggam erat tangan istrinya. Keduanya sudah berada di dalam lift hingga kotak besi itu bergerak naik ke lantai atas tepat di lantai 10. Ting! pintu lift terbuka, Adelard dan Nafisah segera keluar dari lift lalu berjalan menuju nomor kamar yang sudah di beritahu sebelumnya.
Begitu keduanya tiba didepan pintu tersebut, sejenak, Adelard menarik napasnya dan menghembuskannya secara perlahan. Ia menatap Nafisah sesaat dengan tatapan penuh keyakinan.
"Putra kita akan baik-baik saja."
Nafisah mengangguk dan semakin mengeratkan genggamannya pada Adelard. Tak menunggu waktu yang lama pintu kamar hotel terbuka. Seorang wanita yang selama ini tidak lama terlihat kini berdiri tepat di hadapan mereka.
"Hai.." ucap wanita itu pada Adelard dan Nafisah
"Sofia?" ucap Nafisah dengan syok
"Ciara?" Adelard diam mematung menatap wanita yang kini bersedekap dengan wajah cengirnya.
"Em hai, lama tak berjumpa."
****
Kalian ingat Sofia alias si Ciara itu gak? yang baca cerita "BUKAN MAHRAM" Pasti tau siapa dong dia..
fyi kalian aja kalian lupa : Ciara adalah sahabat Adelard di masalalu yang pernah kabur ke indonesia bersama Adelard kemudian Ciara menyamarkan namanya menjadi Sofia, Begitu 😊
Makasih ya sudah baca. Sehat selalu buat kalian
With Love, Lia
Instagram : lia_rezaa_vahlefii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar