Chapter 81 : Mencintaimu Dalam Diam - Hai, Assalamu'alaikum Readers

Jumat, 17 Januari 2020

Chapter 81 : Mencintaimu Dalam Diam






Arvino dan Aiza kali ini menikmati jalan-jalan sore mereka di sebuah taman yang ada di kota New York. Arvino menggenggam erat tangan Aiza sambil memasukkan tangannya kedalam saku mantelnya.
"Mas."
"Hm."
"Aku belum berterima kasih."
"Soal apa?"
"Em. Kado dari mas waktu itu."
"Kamu suka?"
Aiza mengangguk "Alhamdulillah suka mas."
"Alhamdulillah." Arvino tersenyum. Menghentikan langkahnya lalu berdiri berhadapan dengan Aiza. "Mas gak nyangka kamu suka Disney princess. Sejak kapan?"
"Sejak kecil."
"Tapi gak begitu terlihat."
Aiza tersenyum miris. "Aku tidak pernah memiliki koleksinya."
"Kenapa?"
"Harganya sangat mahal."
Arvino terkekeh geli. Lalu memeluk Aiza dengan erat bahkan mencium keningnya. Arvino ingin mengucapkan sesuatu namun terhenti begitu saja saat ponselnya berdering.
"Sebentar ya. Mas terima panggilan ini."
Aiza mengangguk. Sembari menunggu Arvino, dari jarak beberapa meter Aiza melihat sebuah mobil Es Cream sehingga membuat kedua matanya berbinar. Aiza mengelus perutnya. Rasa keinginan untuk mencicipi Es Cream terlintas di pikirannya.
Aiza menatap Arvino. "Mas?"
"Ya?"
"Aku izin membeli es cream disana." tunjuk Aiza yang di ikuti arah pandang Arvino.
"Baiklah. Mas akan menyusul nanti. Tunggu disitu. Jangan kemana-mana."
Aiza mengangguk dan segera meninggalkan Arvino. Setelah kepergian Aiza, Arvino menggeram marah sambil memegang erat ponselnya.
"Ada apa lagi?"
"Tuan! Paman istri anda sangat menyebalkan! Dia terus berontak dan berkata bahwa dia tidak mengenal anda dan istri anda."
"Apa!!?"
"Dia-"
"Lakukan panggilan video call sekarang juga!" ketus Arvino tajam dan panggilan video call pun kini  berlangsung.
Arvino membulatkan kedua matanya tak percaya ketika tangan kanan kepercayaan itu mengarahkan ponselnya kearah pria asing tak dikenal yang sedang duduk di kursi dan tubuhnya di ikat oleh tali.
"Astaga! Kamu salah orang?!"
Asisten Arvino kembali bertatap muka dengannya. "Ma-maksud anda?"
"Dasar bodoh! Dia bukan Afnan."
"Ta-tapi, nama dia Afnan juga Tuan. Dia-"
"Hei hei pecundang! Cepat bebaskan aku. Atau aku akan menuntut kalian ke jalur hukum! Ini penyekapan dan penganiayaan!"
Arvino semakin terkejut. Suara pria asing itu terdengar sangat nyaring. Asisten Arvino terlihat panik.
"Em Tu-tuan. Maafkan saya. Anda benar. Saya salah orang. Maafkan saya. Jadi.. i-ini. Apa yang harus saya-"
"Bebaskan dia! Beri dia uang ganti rugi sebagai pengobatan wajahnya yang babak belur karena kebodohanmu yang sudah memukulinya beserta uang perdamaian untuknya."
Arvino merasa kesal. Tenyata benar kan! Afnan itu memang pria yang sangat-sangat merepotkan baginya. Bisa-bisanya bukan dirinya yang ke Amerika. Padahal pasport untuknya sudah selesai di proses.
Arvino mengabaikan hal tersebut dan mematikan panggilannya. Ia pun memilih mendatangi Aiza dan berharap rasa amarah dalam dirinya segera menghilang.
Arvino mendatangi mobil es cream. Mencari-cari sosok Aiza yang tidak terlihat dikedua matanya. Arvino hendak melangkah namun di bawah alas sneaker nya terasa sedang menginjak sesuatu.
Arvino mengerutkan dahinya, ia mengangkat salah satu kakinya dan melihat sebuah gelang couple yang pernah Aiza beli sewaktu liburan honeymoon di Bali terjatuh di tanah berwarna merah.
Pikiran Arvino mulai waspada, ia mencari-cari sosok Aiza.
"Aiza!"
"Aiza!"
"Aiza! Kamu dimana!"
Dengan panik, Arvino merogoh ponselnya untuk menghubungi Aiza. Nomor ponsel Aiza tidak aktip. Akhirnya Arvino mendatangi penjual es cream dan bertanya padanya.
"Excusme sir..."
"Yes sir?"
Dari jarak beberapa meter, seorang pria misterius sudah berada didalam mobil memperhatikan semuanya. Ia menoleh kebelakang, menatap Aiza yang sudah tidak sadarkan diri terbaring di kursi bagian belakang mobil. Ia pun merogoh ponselnya, menghubungi seseorang yang sudah memerintahkannya.
"Dia sudah bersamaku."
"Kerja yang bagus. Bawa dia kemari."
"Baiklah."
Dan panggilan berakhir. Pria itu mengemudikan mobilnya dengan cepat sehingga membuat seorang wanita di tempat lain kini sedang tersenyum sinis.
"Kalian pikir aku tidak pernah tau kalau kalian ada di negara ini? Ck.. jangan pernah mengabaikan seorang Kumala Arvino." sinisnya tajam sambil bersedekap dan menunggu kedatangan Aiza.
****
Selamat bertegang-tegang menuju Ending InsyaAllah sebentar lagi. Siapkan hati kalian ya. 😏😏
Yang gak tahan boleh out kok🙏
Sehat selalu buat kalian. Semoga kalian terus bersabar dengan karya-karya author yang sering bikin kalian nyesek 😘😘





Semoga kalian terus bersabar dengan karya-karya author yang sering bikin kalian nyesek 😘😘        

With Love 🖤
LiaRezaVahlefi
Instagram 
lia_rezaa_vahlefii


LANJUT CHAPTER 82. KLIK LINK NYA :
 
https://www.liarezavahlefi.com/2020/01/chapter-82-mencintaimu-dalam-diam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar