Beberapa jam kemudian.
Aiza menatap datar sebuah jendela yang kini menampakan hamparan lautan. Laut didepan matanya begitu indah. Seharusnya ia senang dan damai dalam melihatnya. Tapi sayangnya tidak.
Aiza tertekan. Kepalanya pusing. Raut wajahnya semakin memucat. Dua bulan tanpa memeriksakan kondisinya membuat Aiza berharap jika saat ini Allah memberinya perlindungan.
"Ini makananmu!"
Dengan kesal Kumala menyerahkan nampan secara tidak sopan sehingga terdengar suara dentingan kasar di atas meja.
"Kalau saja kamu tidak hamil mungkin aku membiarkanmu mati saja. Syukur-syukur aku masih mempunyai hati dan memiliki rasa kasihan padamu!"
Aiza tidak mengubris. Ia memilih diam dengan pandangan kosongnya.
"Sudah beberapa jam berlalu. Aku memberinya keputusan dan tinggal satu hari lagi Arvino akan meninggalkanmu!"
"Aku yakin dia tidak akan meninggalkanku."
Kumala tersenyum sinis meskipun Aiza memunggunginya sambil duduk di pinggiran tempat tidur.
"Benarkah? Kita lihat saja nanti. Dia yang akan meninggalkanmu atau kamu yang akan meninggalkan dia selama-lamanya!"
Kumala merogoh sebuah pistol. Ia mengelus pistol tersebut lalu mengecek amuisinya yang penuh. Aiza tetap tenang meskipun ia merasakan bila Kumala begitu mengerikan saat ini yang berada di belakangnya.
Aiza memegang perutnya. Kehamilan yang saat ini sudah berusia 7 bulan membuatnya semakin takut dalam diam. Sudah hampir 4 jam janinnya tidak ada bergerak sama sekali. Aiza berusaha berpikir positif. Mungkin janinnya saat ini sedang tertidur.
Suara pintu tertutup. Aiza bernapas lega. Hanya sesaat ketika ia kembali terisak. Apakah ia akan mati dalam beberapa jam kedepan? Hanya Allah yang tahu sampai dimana ia akan bertahan. Dan jika itu terjadi, Masih ada sedikit harapan bila janinnya yang akan selamat.
****
Arvino terlihat mondar mandir gelisah tidak karuan. Ia sibuk memikirkan bagaimana cara melepaskan Aiza dalam jeratan Kumala.
"Jadi bagaimana?"
Pertanyaan Ayu membuat Arvino menoleh kearah ibunya sejenak.
"Apa yang dia minta sama kamu nak?"
Arvino terlihat ragu. Tapi jika tidak berkata, tentu saja jalan keluar tidak akan bisa di temukan sementara Kumala bisa saja menyakiti Aiza bila ia bertindak gegabah. Semua harus hati-hati. Itu yang ia pikirkan saat ini.
"Dia.. "
Ayu memasang raut wajah khawatir. Sementara Naura terus saja menangis dalam rengkuhan Daniel dan sebagai kakak ia rela mendatangi keluarga besar Arvino demi mengetahui keadaan adik satu-satunya.
"Aku tidak bisa mengatakannya."
"Kenapa?" tanya Ayu.
Naura terisak. "Arvino. Katakan saja. Aku tidak ingin adikku kenapa-kenapa. Dia.. dia sedang hamil. Aku-"
"Naura. Tenanglah."
"Tapi mas-"
"Kita berdoa saja kepada Allah. Semoga Aiza baik-baik saja." Dan akhirnya Daniel kembali meredakan kecemasan dan isak tangis Naura. Arvino yang melihat kejadian itu tidak kuasa menahan rasa sedih.
"Dia memintaku menikahinya dan menceraikan Aiza."
"Apa?!!!!" Ayu terkejut. Semua seisi ruangan pun merasakan hal serupa. "Bunda tidak terima! Kamu harus cari jalan lain Vino!"
"Calm down." ucap Kakek Arvino yang akhirnya angkat bicara. Pria berusia senja itu tetap tenang meskipun sebenarnya ikut gelisah sambil duduk di kursi rodanya.
"Daddy, I'm-"
"Don't be too angry with Arvino Ayu. I'm sure this grandson is being approved by many ways to save Aiza."
Akhirnya Ayu mengalah sembari menyenderkan dahinya pada pundak Azka. Melalui isyarat tatapan ayah mertuanya, Azka pun membawa Ayu kedalam kamar untuk segera istirahat agar kesehatannya terkontrol.
"Kakek Arvino benar. Naura, sebaiknya kamu istirahat. Hafizah membutuhkanmu dikamar. Aku yakin saat ini dia susah tidur."
Naura mengangguk setelah Daniel mencium keningnya. Berbeda dengan Leni dan Randi yang kini hanya diam tanpa komentar sembari menunggu perintah selanjutnya.
Begitu semua keluarga sudah pergi, Randi melangkah kearah Arvino dengan tatapan seriusnya.
"Istri anda saat ini sedang baik-baik saja."
Arvino menoleh kearah Randi. Menatapnya datar lalu kembali memunggunginya.
"Apakah dia ada sakit? Atau tertekan?"
"Sepertinya begitu. Kumala masih memberinya segala ancaman meskipun menempatkan Aiza disuatu ruangan yang aman untuk kondisi kehamilannya."
Arvino kembali terdiam. Raut wajahnya sangat datar tanpa ekspresi. Ia memasukan salah satu tangannya kedalam saku celana jeansnya. Tapi siapa sangka ketika kali ini ia sudah mengepalkan tangannya didalam sana. Menahan amarah yang rasanya ingin meledak.
"Saya akan mencoba menyelinap secara hati-hati." tawar Leni lagi
"Tidak perlu." tegas Arvino. "Itu akan semakin membahayakan nyawa Aiza dan semuanya. Aku tidak bermaksud meragukan keahlianmu."
"Aku tau bagaimana Kumala dengan segala kelicikannya. Aiza hanyalah umpan buatku agar aku segera kesana dan menuruti keinginan bodohnya."
"Tapi tuan. Waktu kita sisa 12 jam." ucap Randi dengan cemas.
"Aku tau. Aku yang akan kesana malam ini. Leni.. " Arvino membalikan badannya dan beralih menatap Leni. "Berikan semua sistem keamanan di mansion ini. Kumala dan komplotannya tidak bisa di abaikan begitu saja."
"Baik Tuan."
Dan Leni segera menjalankan tugasnya. Sambil keluar ruangan dengan tatapan serius dia segera memegang alat kecil sebagai bantuan komunikasi yang terpasang di telinganya untuk berbicara dengan orang-orang yang akan membantunya dalam menjaga sistem keamanan mansion kakek Arvino.
Arvino segera berjalan kearah meja kerjanya, membuka laci kemudian memasang sarung tangan hitam. Arvino meraih sebuah pistol lalu melemparkan kearah Randi. Dengan sigap Randi menerimanya lalu mengikuti Arvino keluar ruangan.
"Hubungi pengacara dan suruh dia siapkan surat yang aku tulis beberapa jam yang lalu untuk Aiza dan keluargaku." ucap Arvino dingin. "Antisipasi bila aku tidak selamat, setidaknya aku meninggalkan pesan untuk mereka."
****
Arvino. Malam ini dia akan beraksi demi Aiza dan putranya yang sudah gak bergerak selama 4 jam di dalam rahim Aiza. 😥😥😥
Author yang nulis harap-harap cemas. Bahkan dia sudah antisipasi bikin surat.
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Sehat terus buat kalian. Makasih sudah ikutin kisah ini dari awal sampai sekarang 🖤
With Love
LiaRezaVahlefi
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii
https://www.liarezavahlefi.com/2020/01/chapter-83-mencintaimu-dalam-diam.html
lia_rezaa_vahlefii
LANJUT CHAPTER 83. KLIK LINK NYA :
Ihh kak knpa gx dibukukan ajh deh diblog ribet lebih enak diwattpad
BalasHapusAlhamudullilah malah sekarang sedang proses penerbitan hhe, diakan lancar ya ukhtii :)
BalasHapus