Chapter 33 : Kembali Membawa Luka Atau Harapan - Hai, Assalamu'alaikum Readers

Jumat, 04 Agustus 2023

Chapter 33 : Kembali Membawa Luka Atau Harapan

 



Keesokan harinya..

Sejak tadi Zulfa smenatap apa yang ada didepan matanya. Ada Marcello yang sibuk memasak sambil menggunakan celemek.


Semenjak menikah dengan Marcello, bukannya Zulfa sibuk menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan memasak. Malahan sebaliknya. Zulfa sengaja tidak memasak, berharap apa yang akan ia lakukan membuat Marcello kesal dan berakhir dengan meninggalkannya.


"Aku yakin kau pasti suka dengan semua hidanganku nanti."


"Masakan belum selesai. Tetapi kau sudah seyakin itu?"


"Aku yakin karena aku bisa melakukannya dengan baik. Apalagi untuk istri tercintaku."


Biasanya Zulfa akan marah atau kesal. Tetapi sekarang, justru sebaliknya. Zulfa menghalau semua itu. Ia pikir kalau belajar mencintai Marcello bukanlah pilihan yang tepat. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berhati-hati agar tidak terluka yang kedua kalinya.


Bukankah sebentar lagi mereka akan berpisah?


Zulfa pun berdeham. "Aku yakin sekali kalau masakanmu akan hambar. Bagaimana mungkin orang yang tidak pernah ke dapur tahu-tahu bisa memasak. Terlebih itu seorang pria."


"Itulah masalahmu." Marcello mendatangi Zulfa dengan membawa sepiring tumis udang pedas yang baru saja matang. "Kau menilai seseorang dari penampilannya. Padahal setiap orang ada kelebihan yang dia punya."


Zulfa tidak bisa berbohong kalau aroma tumis udang buatan Marcello justru malah bikin dirinya mulai lapar. Zulfa bersedekap.


"Pengecualian dirimu. Aku tidak percaya. "


Marcello melepaskan celemek yang dia pakai. Ia pun berdiri di sebelah Zulfa. Tiba-tiba Marcello mengangkat pinggul Zulfa lalu mendudukkannya diatas meja makan yang berbahan batu marmer minimalis. Marcello langsung melingkarkan kedua tangannya pada seputaran pinggul Zulfa.


"Apa yang kau lakukan!"


"Membuatmu terkesima oleh kelebihanku."

"Tapi-"


Dalam sekali suap. Zulfa langsung terbungkam. Zulfa ingin menolak tetapi secepat itu Marcello menyentuh bibirnya.


"Oke kunyah, kunyah, pelan-pelan. Telan."


Dan lucunya Zulfa menurut. Sesaat Zulfa terdiam. Kedua matanya menatap Marcello. Dalam hati ia memuji bahwa ini adalah masalah ternikmat yang pernah ia cicipi untuk menu tumis udang pedas.


"Bagaimana. Enak kan?"


"Ambilkan aku minum."


Marcello menurut dan menyerahkan segelas air pada Zulfa. Zulfa meminum air itu. Setelah itu ia hendak turun.


"Eits, jawab dulu. Masakanku enak kan?"


"Kenapa kau memaksa sekali untuk bertanya?"


"Aku ingin komentarmu. Sekarang jawab."


"Biasa aja."


Marcello hendak menjawab. Tiba-tiba ponselnya berdering. Akhirnya dia pun menjauh. Setelah menatap kepergian Marcello, Buru-buru Zulfa pun langsung turun.


"Serius. Ini enak banget. " Zulfa kembali menyuapkan sesendok tumis udang pedas ke dalam mulutnya.


Sesekali Zulfa melirik ke satu sudut. Kali aja tiba-tiba Marcello datang. Daripada ketahuan, Zulfa memilih berdiri dan membawa makanan tersebut ke ruangan lain agar tidak ketahuan.


"Hebat banget sih dia. Bisa bikin makanan seenak ini."


Tetapi tanpa Zulfa sadari, Marcello melihat semuanya dari sudut ruangan tertentu. Dia menarik sudut bibirnya.


"Ck, dia memang tidak berubah sejak dulu."


****


Nafisah terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Ntah karena hormon kehamilannya atau dirinya yang kelamaan tertidur.


"Ya ampun, ini sudah malam."


Akhirnya Nafisah turun dari tempat tidur. Ia keluar dari kamarnya dan mendapati seisi rumah tidak ada Adelard ataupun Rafa dan pengasuhnya.


"Pada kemana sih orang-orang?"


Nafisah memutuskan untuk kembali ke kamar hanya untuk mengambil ponselnya. Nafisah sempat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 8 malam.


Baru saja Nafisah hendak memegang kenop pintu kamar, tiba-tiba lampu padam. Nafisah terkejut. Mencoba untuk tetap tenang di kegelapan ruangan. Dengan cepat Nafisah membuka pintu kamarnya lalu mengambil ponselnya.


Nafisah menyalakan senter ponsel dengan langkah hati-hati. Di saat yang sama, Nafisah juga mengubungi Adelard.


"Kok nggak diangkat?"


Nafisah menggeleng cepat. Ia harus segera ke kamar putranya. Sesampainya disana, Lagi-lagi ia mendapati kamar itu kosong.

"Mbak?"


"Kok nggak ada ya?" Nafisah langsung membalikan badannya.. 


"Astagfirullah!"


Nafisah terkejut. Pengasuh yang ia cari sejak tadi tiba-tiba muncul di belakangnya sambil menodongkan pisau ke lehernya.. 


"M.. Mbak? Ini.. Ini kenapa?"


****


Nafisah dalam masalah 😩

Makasih ya udah baca. Seperti biasa, chapter 34 akan di up melalui story Instagram aku. Jangan lupa follow ya..

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar