Chapter 34 ; Kembali membawa Luka atau Harapan - Hai, Assalamu'alaikum Readers

Minggu, 13 Agustus 2023

Chapter 34 ; Kembali membawa Luka atau Harapan

 



Nafisah ingin berlari. Tapi tidak mungkin. Saat ini pisau dapur sedang berada di lehernya. Bahkan pengasuh Rafa pun bisa saja menusuknya detik ini juga. Nafisah sampai menahan nafasnya. Keringat mulai bercucuran dengan wajahnya yang pucat.


"Mbak.. Ini.. Ini kenapa?"


"Jangan banyak tanya kalau Ibu ingin selamat." bisik pengasuh itu dengan nada yang mengancam. "Ibu tidak ingin calon adiknya Rafa juga kenapa-kenapa kan?"


Tanpa di duga pengasuh itu mengarahkan pisau tajam itu ke perut buncit Nafisah. Sedikit mengelus pelan seolah-olah apa yang dia lakukan saat ini seperti sebuah peringatan agar Nafisah menyerah saja.


"Kenapa Mbak ngelakuin ini sama saya? Salah saya apa?"


"Saya tidak tahu salah Ibu apa. Saya hanya menjalankan perintah dari seseorang."


"Siapa?!"


Tiba-tiba langkah seseorang datang dari luar. Nafisah merasakan lega karena yakin itu pasti Adelard. Tetapi semua itu menjadi sirna begitu tahu orang itu siapa apalagi tanpa banyak bicara dia langsung menjalankan tugasnya sambil menggendong Rafa yang tertidur pulas.


"Bawa bocah itu sekarang." perintah si pengasuh.


"Tunggu! Kenapa Rafa-"


Nafisah terus meronta apalagi mulutnya sudah ditutup oleh kain yang berisi cairan bius. Perlahan, Nafisah tak berdaya sampai akhirnya dia pingsan. Pengasuh itu tersenyum licik dan segera pergi dari sana meninggalkan Nafisah yang pingsan.


****


Zulfa berbaring menyamping. Sementara lengan berotot Marcello sejak tadi terus memeluk seputaran perutnya. Ntah kenapa malam ini ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.


Akhirnya Zulfa berbaring terlentang. Mencoba memejamkan kedua matanya dengan rapat agar bisa tertidur. Waktu yang terus berjalan hingga menit ke 15 pun tetap tidak membuahkan hasil.


Zulfa kembali membuka kedua matanya. Tanpa rasa canggung lagi ia berbaring menghadap Marcello. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Marcello. Mencoba mencari kehangatan dan aroma menenangkan pria itu supaya bisa tertidur.


Kapan lagi dirinya bisa seperti ini kalau pada akhirnya mereka akan berpisah dalam waktu dekat? Menyadari hal itu, Marcello akhirnya menghela napas.


"Zul.. "


"Hm?"


"Aku tidak bisa tidur. Padahal tubuhku sangat lelah. Bagaimana denganmu?"


"Aku.. " Zulfa terdiam sebentar. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama. Akhirnya Zulfa pun mendongakkan wajahnya. "Aku merasa gelisah malam ini."


"Ada yang kau pikirkan?"


"Rafa." ucap Zulfa malam ini. Tapi tidak mungkin Zulfa mengatakan hal itu.


"Em, aku hanya teringat orang tuaku. Aku merindukan mereka."


"Kau mau kita kesana besok? Sekalian bicara kalau kita akan berpisah."


"Kau yakin?"


"Aku yakin."


Zulfa langsung terdiam. Mereka memang akan berpisah. Sesuai kesepakatan dari Ayah Marcello agar orang-orang yang dia sayangi baik-baik saja. Tetapi masalahnya, kenapa sekarang hatinya perlahan berubah dalam hitungan hari?


Padahal apa yang Zulfa lakukan sama Marcello adalah bentuk dari tindakan perdamaian agar pria itu memiliki kenangan bersama dirinya setelah berpisah nanti. Itupun syarat Marcello agar pria itu juga menyetujui kemauannya.


Masalahnya..


Tanpa sadar Zulfa terjebak dalam situasi ini. Rasa yang ingin menetap dan tidak mau pergi menjauh.


"Maksudnya aku yakin soal ingin mendatangi orang tuamu, begitu."


"Oh.."


"Kau pasti memikirkan alasan yang lain."


Tiba-tiba Zulfa bernapas lega. Rasanya konyol sekali. Bisa-bisanya dia merasa senang dengan ucapan Marcello tadi kalau dia sangat yakin besok akan kerumah orang tuanya. Bahkan Zulfa sempat takut kalau Marcello berucap yakin soal perpisahan mereka. Akhirnya Zulfa pun berdeham.


"Aku tidak memikirkan alasan lain. Sekarang yang aku pikiran bagaimana caranya supaya bisa tidur dengan nyenyak malam ini."


"Aku tahu caranya.."


Tiba-tiba Marcello kembali berada di atasnya. Zulfa langsung gugup. Apalagi secepat itu wajahnya memerah. Marcello menarik sudut bibirnya.


"Bagaimana kalau kita akan saling memandang satu sama lain sampai akhirnya kita sama-sama lelah dengan sendirinya lalu tertidur? Aku pikir itu ide yang bagus."


Blushing. Tentu saja! Memang dasarnya Zulfa masih memiliki rasa gengsi yang tinggi dia pun memalingkan wajahnya ke samping.


"Itu konyol. Mana ada orang yang mau tidur malah sibuk melek. Yang ada merem!"


Marcello langsung tertawa. Tak lupa ia pun mencium kening Zulfa dengan pelan. Saat ini yang Zulfa rasakan seperti kebahagiaan yang perlahan utuh dalam dirinya. Jika sebelumnya ia hancur, maka kepingan-kepingan itu kembali tersusun dengan rapi di dalam dirinya. Meskipun membekas, maka Zulfa menyebutnya sebagai luka yang perlahan akan terobati.


"Makasih, sudah mau menerimaku. Apapun yang terjadi. Aku tetap mencintaimu Zulfa."


Zulfa sudah ingin menjawab. Tetapi suara bel apartemen menggangu momen keduanya. Marcello langsung kesal.


"Siapa biang kerok yang berhasil mengganggu kita malam ini?"


"Aku tidak tahu."


"Tunggu disini sebentar."


Marcello menjauh dan masih sempat-sempatnya mencium pipi Zulfa. Malam ini Zulfa dibuat terbang tinggi oleh Marcello. Zulfa berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlalu senang apalagi sampai lupa diri bahwa apapun resikonya, terluka itu kemungkinan besar akan kembali terjadi tanpa di inginkan.


Akhirnya Marcello keluar dari kamarnya. Menuju ruang tamu hanya untuk membuka pintu.


BUG!


Tinjuan menyakitkan langsung menyerah begitu saja pada pipi Marcello. Marcello meringis setelah ia sempat jatuh. Marcello memegang sudut bibirnya yang berhasil mengeluarkan darah.


Bahkan yang lebih mengejutkan lagi pelakunya adalah Adelard. Adelard langsung menarik kerah piyama tidurnya.


"Kemana putraku?!"


Marcello tidak terima. Yang ada ia langsung menepis cepat kedua tangan Adelard dan langsung mendorong pria itu.


"Hei kau ini kenapa?! Apa maksudmu bertanya hal ini padaku?"


"Bukankah kau pelakunya?! Orang yang selama ini berusaha mendekati Nafisah dan Rafa?"


"Apa?" Marcello sampai terkejut. Ia tidak menyangka kalau Adelard sampai berkata seperti itu. "Kau pikir aku tega menusukmu dari belakang?!"


"Aku tahu bagaimana sifat aslimu Marcello! Kau sudah bergonta-ganti pasangan. Kau sering ke rumahku tanpa memberitahuku. Kau bertemu dengan istri dan anakku! Itu maksudnya apa?!"


"Adelard-"


"Rafa menghilang! Itu pasti rencanamu kan!"


****


Makin runyam 😩


Halo makasihhh ya udaahh baca. Sehat selalu buat kaliaaann 🤍


Jangan lupa nantikan chapter 35 di story instagram lia_rezaa_vahlefii


Instagram : lia_rezaa_vahlefii



Tidak ada komentar:

Posting Komentar