Chapter 15 : Kembali Membawa Luka atau Harapan? - Hai, Assalamu'alaikum Readers

Selasa, 14 Februari 2023

Chapter 15 : Kembali Membawa Luka atau Harapan?


Masih dengan posisi sebelumnya dan hanya menyisakan keheningan di antara Adelard dan Nafisah, Nafisah mencoba untuk bersikap baik-baik saja. Padahal jantungnya sudah berdetak sangat cepat dan berhasil  membuatnya gugup.


Nafisah ingin bangun, tetapi Adelard masih menahan pinggulnya. Sekarang, Adelard semakin mendekatkan wajahnya pada Nafisah.


"Katakan padaku, sejak kapan kau terlihat tidak sehat?"


"Apakah Mas perduli padaku?"


"Aku butuh jawaban. Bukan pertanyaan."


Nafisah tetap diam tak ingin menjawab apapun. Baginya percuma saja, karena Daniel yang dulu telah hilang. Daniel yang hangat sudah pergi dalam hidup Nafisah yang kelabu. Sekarang hanya tersisa Adelard yang dingin dan ketus padanya. Jadi kalau suaminya itu perduli, rasanya mustahil.


Adelard semakin mengeratkan pelukannya pada Nafisah. Ia merasa gemas dan kesal di saat bersamaan kenapa Nafisah masih saja diam dan tidak ingin berbicara.


"Jawab aku, Nafisah."


"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku-"


Dalam hitungan detik akhirnya Adelard tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak mencium Nafisah dengan lembut. Adelard sengaja melakukannya karena lama-lama hatinya yang keras mulai melunak.


Awalnya Nafisah terkejut. Tetapi akhirnya ia membalas ciuman Adelard yang sudah lama sekali tidak ia rasakan di balik rasa rindunya.
Air mata mengalir di pipi Nafisah. Adelard menempelkan dahinya pada kening Nafisah.


"Nafisah.." bisiknya serak.


"Tolong jangan membuatku bingung." Nafisah memejamkan kedua matanya. Suaranya terdengar getir.


"Ketika malam ini aku merindukan semua tentang Mas. Aku takut kalau besok kamu akan kembali mengacuhkanku."


Adelard tak ingin berkata apapun. Ucapan Nafisah berhasil menyentil hatinya yang paling dalam. Di saat ia mulai memaafkan Nafisah, justru sekarang malah istrinya itu yang ragu. Apalagi saat di masalalu Nafisah pernah trauma soal pernikahan dengan mantan suaminya yang dulu.


"Kau meragukanku?"


"Aku cuma takut kalau mimpi indah ini hanya sementara."


"Bagaimana jika aku bilang tidak?"


Adelard ingin menyentuh kembali bibir Nafisah, tetapi wajah istrinya itu malah berpaling. Akhirnya Nafisah berdiri, dengan berat hati ia pergi meninggalkan Adelard.


"Maaf, aku mau tidur."


****


Keesokan harinya


Rupanya apa yang di ucapkan orang tua Zulfa tentang dirinya harus berkenalan dengan pria pilihan Papinya itu benar-benar serius. Sekarang, orang tua Zulfa mengundang mereka secara terhormat untuk menjadi tamu makan siang di rumahnya


"Mi, kita kedatangan siapa sih? Kok masakannya banyak banget."


"Nanti kamu bakal tahu."


"Memangnya Zulfa kenal?"


"Justru nanti kamu bakal kenalan sama dia."


Zulfa langsung terdiam. Jangan-jangan yang di maksud Maminya barusan adalah sosok pria asing yang akan di kenalkan sama dia?


Astaga, itu tidak mungkin! Jangan sampai hal itu terjadi. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berkenalan lagi dengan pria manapun setelah menyadari apa yang sudah terjadi.


Sedikit banyaknya, Zulfa tahu bahwa sosok pria yang akan di kenalkannya itu adalah pria kaya yang terlahir dari keturunan konglomerat dan menjunjung tinggi kehormatan keluarga.


Ya kali mereka bakal mau sama dirinya yang sudah tidak gadis lagi apalagi pernah melahirkan anak hasil hubungan di luar nikah. Andai pun mau, tetap saja Zulfa kekeuh tidak ingin menjalin hubungan lagi dengan pria manapun.


"Mi.."


"Ya?"


"Kalau begitu Zulfa mau siap-siap dulu, boleh?"


"Tentu. Dandan yang rapi dan sopan. Oke?"


Zulfa hanya mengangguk patuh dan segera menuju kamarnya. Tapi sebenarnya, sampai di ujung pintu ruangan sebelah kamarnya, justru ia malah memasuki sebuah tempat akses menuju pintu belakang. Sepertinya dengan cara ia kabur akan menjadi pilihan yang tepat daripada bertemu dengan keluarga konglomerat itu.


Zulfa berhasil keluar. Sekarang, kemana tujuannya? Baru saja Zulfa hendak menuju garasi mobil, ia menepuk jidatnya.


"Astaga! dompet, ponsel, dan kunci mobil aku malah ketinggalan lagi."


Tiba-tiba suara gerbang pagar terbuka. Salah satu asisten rumah tangga menyambut kedatangan sebuah mobil Alphard berwarna hitam. Zulfa yakin, mereka adalah keluarga konglomerat itu.


Akhirnya Zulfa pun menyembunyikan diri di dalam garasi. Berharap kalau niat kaburnya sementara waktu akan berhasil. Terlihat sekali pasangan suami istri yang berusia pertengahan tahun dan terlihat elegan itu keluar dari mobil. Tak lama kemudian, seorang pria umuran sekitar 28 tahun keluar dengan penampilan tampan. Zulfa sampai tercengang.


"Ya ampun! Bukannya itu cowok yang pernah bayarin semua totalan belanja mainan Rafa sebanyak 10 jt gara-gara Marcello nggak bisa bayar waktu di Bali? Kenapa dunia sempit sekali!"


****


Adelard terbangun ketika hari benar-benar siang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 12 Siang. Bisa-bisanya ia ketiduran lagi setelah jam 10 pagi tadi habis bermain dengan Rafa.


Adelard turun dari tempat tidur dan melihat ke arah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Adelard langsung masuk dan menatap Nafisah yang sedang berdiri memunggungi dirinya.. 


"Nafisah?"


Nafisah langsung terkejut dan kembalikan badannya. Sampai-sampai ia tidak sengaja menjatuhkan sesuatu di lantai. Sebuah benda kecil yang terjatuh tepat di sebelah kaki Adelard.


Adelard menundukan tubuhnya. Ia meraihnya dengan perasaan campur aduk. Sebuah alat tes kehamilan dengan tanda dua garis merah..


"Nafisah ini..."


Nafisah memejamkan kedua matanya dengan kuat. Perasaannya seperti tidak menentu. Antara bahagia dan takut. Bahagia karena akhirnya mendapati dirinya hamil lagi dan ketakutan yang begitu besar kalau kehamilannya akan terganggu karena tidak bisa mengelola stress dengan baik yang berasal dari sikap dingin Adelard padanya.


Seperti di masalalu. Saat Adelard di penjara dalam rasa kebencian untuknya.


Adelard tidak tahu harus berkata apa. Perasaan berdebar untuk pertama kalinya memegang alat tes kehamilan dari seorang istri berhasil membuatnya menitikkan air mata haru.


"Nafisah, kamu hamil?"


Tetapi apa yang di harapkan Adelard di luar dugaan. Nafisah langsung limbung dan secepat itu juga dia terjatuh ke dalam pelukannya. Nafisah pingsan dengan keringat dingin di dahinya.


Adelard panik. Ia mengangkat tubuh Nafisah menuju kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Adelard berjalan mondar-mandir sambil menghubungi Zulfa. Ntah kenapa Adelard langsung terpikir untuk menghubungi sahabat istrinya itu..


"Kenapa dia tidak mengangkat panggilannya?"


Suara bel pintu berbunyi. Adelard semakin panik dan akhirnya menuju pintu luar. Tetapi semua kepanikan itu berlangsung mereda setelah mendapati kalau Zulfa tiba-tiba ada didepan pintu.


"Aku mau ketemu Nafisah. Apakah dia-"


"Dia pingsan! Aku ingin membawanya-"


Zulfa tak mengubris ucapan Adelard. Tanpa izin ia pun langsung menerobos masuk rumah Adelard dan langsung menuju kamar Nafisah.

 
Nafisah masih tak sadarkan diri dengan wajah pucat. Tak lama kemudian Adelard menyusul ikut masuk ke kamarnya.


"Apa yang terjadi!?"


"Dia hamil dan pingsan."


"Nafisah hamil?" Zulfa terkejut. Tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. Meskipun hatinya mulai ketakutan karena ada suatu hal yang tak pernah siapapun ketahui tentang masalalu Nafisah dan kehamilannya.


Akhirnya Adelard menggendong tubuh lemah Nafisah. "Aku minta tolong padamu untuk menjaga Rafa karena Nafisah tidak memiliki pengasuh. Aku akan membawanya ke rumah sakit."


"Tunggu.." tegur Zulfa begitu melihat Adelard sudah mencapai pintu.


"Tolong bawa ke rumah sakit Ibu dan anak. Jangan ke rumah sakit umum."


"Memangnya kenapa? Bukankah sama saja?"


"Pokoknya bawa saja ke rumah sakit yang aku bilang tadi. Itu akan lebih baik untuk Nafisah ketimbang Rumah sakit umum itu."


Adelard tak banyak bertanya lagi. Saat ini yang ada di pikirannya adalah tentang keadaan dan keselamatan Nafisah. Meskipun sebenarnya, perintah Zulfa barusan benar-benar mengganjal hatinya.


****


Masya Allah Alhamdulillah, maaf telat update ya. Seharusnya kemarin, tapi karena aku sakit, Alhasil baru sempat sekarang.


Makasih sudah baca. Udah mulai penasaran kan apa yang di katain Zulfa tadi?


Jangan lupa nantikan 16 di blog ini besok. Kalian bisa mengecek notip pemberitahuannya link chapter 16 melalui story instagram aku. Jangan lupa follow ya :)


Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Terima kasih, sehat selalu ❤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar