Adelard masih saja tidak percaya. Ia yakin Eloisa hanya mengada-ngada. Tidak mungkin Rafa putra Marcello. Tidak mungkin juga Nafisah mengkhianatinya apalagi, Tunggu..
Marcello?
Seketika Adelard langsung diam mematung. Bahkan ia teringat kejadian sebelumnya saat di mana Marcello datang ke rumahnya dan hanya menemui Nafisah. Tak hanya itu, bahkan ketika Marcello menghubunginya, yang di tanya pria itu adalah bagaimana keadaan Rafa. Belum lagi obrolan yang tanpa sengaja ia dengar saat Nafisan dan Zulfa di kamar mandi lalu Nafisah berkata diantara Marcello dan Zulfa ada satu nama yang memiliki ikatan darah.
Ikatan darah? Apa maksudnya?
"Kau masih bingung? Perhatikan baik-baik foto Marcello waktu seusia Rafa. Kalian bersahabat sejak kecil. Tidakkah kau merasa familiar dengan foto Marcello dan Rafa bagaikan pinang di belah dua?"
Dengan yakin tanpa ragu, Eloisa memberikan dua lembar foto. Foto Marcello waktu kecil dan juga selembarnya lagi foto Rafa di usianya saat ini. Hanya memegang dua lembar foto itu ntah kenapa tangan Adelard gemetar, belum lagi ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri kalau keduanya benar-benar 100% mirip.
"Ini tidak mungkin!"
"Kembalikan cucuku!" Elosia mengambil alih Rafa dari gendongan Adelard. Mendadak otak Adelard benar-benar ngeblank dan buntu. Ia masih bingung dan tak percaya di saat bersamaan bahkan membiarkan Eloisa mengambil Rafa darinya.
"Kau masih saja keras kepala. Apakah kau seyakin itu kalau Nafisah yang melahirkan Rafa?"
Tepat saat itu juga, Adelard langsung menoleh ke belakang. Yang ia lihat saat ini adalah mimik wajah Nafisah yang pucat. Tak hanya itu, dalam sekali gerak Adelard memojokkan Nafisah di dinding sambil mencengkram kuat bahunya.
"Katakan padaku, apa yang di ucapkannya tidak benar kan?"
"Itu..."
"Nafisah, aku tahu kau setia selama ini, Aku tahu cuma diriku yang kamu cintai. Iya kan?"
"Mas.."
Adelard mengguncang tubuh Nafisah dengan cepat bahkan terlihat frustasi "Jawab aku Nafisah, jawab!"
Bukannya menjawab, Nafisah malah menangis seenggukan. Nafisah terus menundukkan wajahnhya. Betapa malunya ia selama ini telah berbohong pada Adelard sampai-sampai ia sendiri tidak berani menunjukkan wajahnya yang sudah basah oleh air mata.
"Nafisah, jawab aku.." Adelard berusaha meyakini diri sambil memegang wajah istrinya. Bahkan sempat menghapus air mata di pipi Nafisah. "Rafa putra kita kan?"
Nafisah langsungmendorong tubuh Adelard dan pergi meninggalkannya. Ia berlari menerobos pintu dan menyesal karena selama ini telah berbohong. Nafisah berhenti sejenak di penghujung koridor hotel tepat di depan lift. Sesaat, Nafisah menoleh ke belakang. Tidak ada tanda-tanda Adelard akan mengejarnya.
"Maaf..." hanya itu yang bisa Nafisah katakan.
Disatu sisi, Adelard yang menatap kepergian Nafisah hanya diam tanpa berniat ingin mengejar. Dari reaksi Nafisah saat ini Adelard sudah paham, Nafisah telah membohonginya dan mengkhianatinya lagi.
Kini, Adelard kembali terluka..
Kepercayannya lagi-lagi di rusak oleh wanita yang di cintainya. Seperti kertas, yang tadinya terlihat baik dan mulus sekarang remuk dalam genggaman tangan dan meninggalkan bekas. Tidak bisa kembali baik seperti sebelumnya.
"Pengkhianat tetaplah pengkhianat.."
"Sekarang kau bisa pergi dari sini. " usir Eloisa secara terang-terangan.
Di sisilain Ciara ingin mendekati mereka, tetapi ia mengurungkan niatnya lagi. Ia sendiri tidak menyangka kalau Nafisah lagi-lagi mengkhianati sahabatnya. Tanpa sadar, Ciara mencengkram kuat tangannya sendiri dan menyimpan emosional dengan Nafisah.
Adelard mendekati Eloisa, sejenak ia menatap Rafa yang masih tertidur di gendongan wanita paruh baya itu. Dalam hatinya ia menyimpan rasa cinta dan kasih sayang pada putra kecil tersebut. Adelard merasakan hatinya sesak dan sakit. Ia sudah terlanjur menaruh kasih pada anak kecil yang ia kira darah dagingnya. Adelard tak banyak berkata dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengganggu Eloisa dan cucunya. Ia tidak punya hak untuk Rafa.
"Maaf.." cuma satu kata yang terlontar dari bibir Adelard. Setelah mengatakannya, Adelard pergi meninggalkan Rafa untuk terakhir kalinya.
"Terima kasih sudah merawat cucuku selama ini." sela Eloisa pelan.
****
Ngerasa kali ini berhasil bikin aku sesak, karna mendalami banget bagaimana perasaan Adelard yang benar-benar sayang sama Rafa kemudian dia syok, kalau Rafa bukan darah dagingnya.ðŸ˜ðŸ˜
Terima kasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian❤️
With Love, Lia'
Instagram : lia_rezaa_vahlefii
Next Chapter 44 :
https://www.liarezavahlefi.com/2025/09/chapter-44-menikah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar