Chapter 45 : Luka dan Cinta - LiaRezaVahlefi

Masya Allah Alhamdullilah - Kumpulan lanjutan episode cerita di wattpad dan platfrome kepenulisan serta artikel umum Happy Reading :)

Minggu, 21 September 2025

Chapter 45 : Luka dan Cinta



Nafisah yakin saat ini ia tidak salah dengar, begitupun Ciara. Sesaat, dunia seolah-olah berhenti dan hanya menyisakan suara gemuruh angin malam dan hembusan yang mengenai pohon besar hingga dedauan pun berjatuhan ke tanah taman yang lembab. 

"Mas!" Nafisah berusaha untuk berdiri susah payah sambil memegang perutnya yang mulai nyeri. "Apa maksud Mas berkata seperti itu. Tidak mungkin-"

"Apa yang tidak mungkin Nafisah?" Adelard berjalan mendekati Nafisah dan kini keduanya saling berhadapan. Seperti di masalalu, Adelard kembali dengan sososknya yang dingin dan berhati batu ketika sedang di kecewakan. "Kau saja berani mengkhianati kepercayaanku bahkan dua kali. Aku rasa, tidak ada yang tidak mungkin kalau aku bisa menikahi wanita manapun yang lebih baik darimu. Aku punya hak menikah sampai 4 wanita sekaligus."

"Tetapi Mas harus meminta izin padaku. Aku juga punya hak buat mengizinkannya atau tidak. Dan aku TIDAK MENGIZINKANNYA!" teriak Nafisah nyaring hingga membuat napasnya ngos-ngosan.

"Kau pikir aku perduli?" Adelard menaikan salah satu alisnya dengan tatapan benci ke arah Nafisah. "Ciara, apa kau menerima kalau aku menikahimu? Cuma dirimu yang tidak pernah sedikitpun mengecewakanku."

"Oke, aku menerimamu." ucap Ciara akhirnya dengan yakin.

Detik itu juga dunia serasa runtuh bagi Nafisah. Sejarah masalalu akhirnya kembali terulang, seorang Adelard yang berhasil membuatnya kembali percaya pada cinta kini berbalik membuatnya terluka. Apa benar lagi-lagi dia harus di poligami?

"Minggu depan aku akan menikahimu, bersiaplah dari sekarang." setelah mengatakan itu, Adelard pergi memasuki mobilnya dan mengemudikannya dengan cepat. Ciara kembali bersedekap dan menatap Nafisah dengan pandangan yang menjijikan.

"Bagaimana rasanya Nafisah? Sakit kan?"

*****

Hal yang pertama kali di rasakan Zulfa adalah ketika dirinya sadar dari siuman pascra operasi. Perlahan, Zulfa mulai mengumpulkan kesadarannya dan samar-samar ia mencium aroma obat-obatan serta ruangan yang serba putih. 

Kepala Zulfa serasa pusing. Apalagi salah satu punggung tangannya terasa sakit dan setelah Zulfa berhasil sadar dengan baik. Zulfa terkejut, ia sedang di opname di rumah sakit. Suara dengkuran halus terdengar di sampingnya, Zulfa melirik sebentar dan menyadari ada Marcello tidur tertelungkup menyembunyikan wajahnya sambil melipat kedua tangannya. 

Zulfa menghela napas dan benci dengan keadaan ini. Kenapa ia di takdirkan dengan pria yang lagi-lagi menyakiti bahkan mengkhianatinya yang kedua kalinya? Tiba-tiba pintu terbuka pelan, seorang suster masuk sambil membawa kereta dorong dengan beberapa obat dan peralatan medis di atasnya.

Zulfa pun langsung mengisyaratkan menggunakan telunjuk jari tepat didepan bibirnya seolah-olah memberi tanda jangan sampai menimbulkan suara. Suster itu hanya menurut-menurut saja karena sadar ada Marcello yang sedang tertidur. 

"Sejak kapan saya ada disini?" tanya Zulfa dengan suara pelan bahkan nyaris  berbisik.

"Tadi malam anda baru saja menyelesaikan operasi pada perut anda, nona. Anda tertembak lalu-"

"Astaga, kenapa kalian selamatkan aku? kenapa aku tidak di biarkan mati saja?"

"Ha?"

"Lupakan." Zulfa menghela napas kasar. Ia menyenderkan tubuhnya sambil meringis kesakitan akibat bekas operasi di perutnya. Setelah suster itu menyelesaikan tugasnya memeriksa kondisi kesehatan dengan menggunakan tensi serta mengganti botol infus, suster itu pamit pergi.

Suara pintu di tutup. Zulfa kembali menatap Marcello yang masih berada di sampingnya. Seandainya kondisinya saat ini sedang baik-baik saja, Zulfa bersumpah akan menghajar bahkan menendang selangkangan pria yang tak tahu diri itu. Selangkangan yang sudah di gunakan untuk berzinah dengan Valeria. Bodohnya lagi, Zulfa malah terlanjur jatuh cinta pada pria bejat ini. 

"Sudah waktunya kita berpisah.. " 

Detik berikutnya, Zulfa pelan-pelan membuka jarum infus di tangannya walaupun sedikit kesulitan. Bahkan tetesan darah dari punggung tangannya tak di hiraukannya. Mencabut jarum dari urat tangannya tidak seberapa sakit di banding perasaannya yang terluka saat ini. Setelah berhasil, pelan-pelan Zulfa turun dari atas tempat tidur dan menatap Marcello dengan benci sambil melepas cincin pernikahannya dan melemparkannya tepat di samping Marcello yang masih tidur tertelungkup. 

"Ck, apa itu Cinta? Bulshitt!..."

*****

Halo aku update lagi, Makasih sudah baca. Part kali ini benar-benar diluar dugaan ya, apalagi Ciara mau menikah dengan Adelard.

Sehat selalu, di tunggu chapter selanjutnya..

With Love, Lia 

Instagram : lia_rezaa_vahlefii


Next chapter 46. Klik link di bawah ini :

https://www.liarezavahlefi.com/2025/09/chapter-46-sakit-hati.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar