Chapter 46 : Sakit Hati - LiaRezaVahlefi

Masya Allah Alhamdullilah - Kumpulan lanjutan episode cerita di wattpad dan platfrome kepenulisan serta artikel umum Happy Reading :)

Minggu, 21 September 2025

Chapter 46 : Sakit Hati



 Beberapa hari kemudian..

Suasana di sebuah cafe terasa tenang dengan alunan musik klasik meskipun beberapa orang terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing di kursi yang di tempatinya. Adelard  menyeruput kopi panasnya dalam keadaan emosi yang stabil bagi orang yang tidak menyadarinya. Tetapi sebenarnya di dalam dirinya, ada kerapuhan hati yang sulit kembali utuh seperti semula. Sedangkan Ciara, wanita itu kini berada di hadapannya dengan wajah simpatik nya terhadap teman masa kecilnya ini.

"Sekarang ceritakan padaku. Bagaimana Nafisah kembali mengcewakanmu?"

"Aku malas membahasnya."

"Kalau begitu intinya saja."

"Nafisah hamil anak Marcello."

"Apa? Bagaimana bisa?" Ciara sampai terkejut tak percaya

"Tentu saja bisa selama mereka pria dan wanita. Kau tahu sendiri bagaimana reputasi Marcello sebelumnya."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Seperti yang aku bilang waktu itu."

Detik berikutnya Ciara langsung terdiam, ia tidak tahu harus menerima Adelard atau tidak. Tetapi di satu sisi, ada Farras yang masih bersemayang di hatinya. Sosok pria yang tidak pernah ia lupakan, pria yang menyamar sebagai intel dan berhasil membuatnya jatuh cinta sekaligus menjebloskannnya ke penjara. Penipu cinta yang berhasil menaklukkan hatinya.

****

Marcello terbangun beberapa jam setelahnya, Ia menyadari Zulfa tidak ada. Tak hanya itu, Marcello juga melihat ada tetesan darah di selimut pasein yang sebelumnya di gunakan Zulfa. Marcello menggeram kesal. Ia sadar tetesan itu berasal dari jarum infus yang kini tergeletak setelah di lepas dengan sengaja.

"Astaga, kemana dia?"

Marcello langsung berdiri dan menelusuri ruangan. Namun sayang, Zulfa tak ada,  Marcello langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi wanita itu. 

"Kenapa nomornya tidak aktip?" kini Marcello beralih menelpon Nafisah tetapi wanita itu juga sama. "Astaga, ada apa dengan wanita-wanita ini? Apa mereka bekerja sama?!"

Di sisi lain...

Nafisah termenung sendirian di dalam kamarnya. Ia kembali pulang ke rumah orang tuanya dengan alasan Adelard sedang ada urusan di luar kota dan ia tidak berani sendirian di rumah.  Beberapa hari telah berlalu, selama itulah Nafisah meratapi penyesalan dirinya tiada henti. Nafisah kepikiran Adelard, dalam hati ia bertanya bagaimana keadaanya, apakah pria itu sudah makan atau belum, bahkan sekarang ada dimana? Tetapi sayang, Nafisah begitu takut untuk melakukannya apalagi sampai menghubunginya duluan. Pintu terketuk pelan, Buru-buru Nafisah menghapus air matanya. Ia pun segera memakai jilbab dan membuka pintunya. Adik laki-laki Nafisah berdiri di hadapannya dengan segan.

"Kak, ada Mas Hanif didepan."

"Suruh dia pulang. Kakak lagi nggak mau ketemu siapapun."

"Tapi Kak-"

Pintu langsung tertutup. Adik Nafisah sampai terkejut dengan bibirnya yang kelu. Tidak ada yang  bisa ia lakukan selain hanya diam dan pergi dari sana. Sementara itu, Nafisah berkacak pinggang dan menghela napas panjang. Kehamilan yang terus membesar di trimester kedua membuat Nafisah mudah lelah.

Nafisah mengusap pelan perutnya. "Oke, jangan sampai aku stress. Hamil 6 bulan memang tidak mudah."

"Butuh teman bercerita?"

"Astagfirullah!"

Nafisah sampai terkejut bahkan jantungnya hampir copot. Bisa-bisanya Hanif nongol di Jendela kamarnya sambil bersender dengan santai.

"Mas Hanif!

Hanif hanya menyengirkan bibirnya dan mengusap ujung alisnya sambil salah tingkah. Ia pun kembali bersedekap. "Kamu baik-baik aja?"

"Lebih baik Mas pergi dari sini. Aku capek mau istirahat."

"Aku mau ngomong bentar, please, ini penting."

"Nanti aja, aku benar-benar capek." Nafisah berjalan menuju pintu jendela dan menutupnya. Tetapi lengan kekar Hanif menahannya. Nafisah mendelik tajam "Mas!"

"Ayolah bentar aja, hm?"

"Enggak!" Dalam sekali gerak Hanif menarik pintu jendela itu agar terbuka lebar. Bahkan dengan tidak sopannya pria itu malah melompat masuk ke kamar Nafisah.

"Mas jangan gila! cepat keluar karena orang-orang bisa salah paham."

"Makanya izinkan aku bicara."

"Mau bicara apasih?!"

"Kita ketemu di tdepan teras rumah, oke?"

"Iya, iya, oke! cepat sana keluar lewat jendela."

Hanif hanya tertawa pelan, ia membalikkan badannya namun senyuman dan tawa di bibirnya langsung lenyap ketika tanpa di duga ada Adelard berdiri di depan jendela kamar Nafisah secara tiba-tiba.

Nafisah panik, dengan cepat ia pun menuju jendela. "Mas sejak kapan ada disana? aku-"

"Maaf sudah ganggu waktu kalian. Silahkan lanjut perselingkuhannya." sindir Adelard tajam.

****

Makin runyam 😖😭

Halo, makasih ya sudah baca. Sehat selalu buat kalian

Instagram : lia_rezaa_vahlefii


Next chapter 47. Klik link di bawah ini :

https://www.liarezavahlefi.com/2025/09/chapter-47-kesalahan-yang-tak-termaafkan.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar